Tidak ada yang menyangka, bahwa bersama orang lain, selera kita terhadap pilihan minuman bisa berubah.
Dulunya saya bukan penyuka kopi, apalagi kopi tanpa gula. Pahit, gak enak. Saya lebih doyan minum Extra Joss atau Kuku Bima ketimbang kopi, saat mengenyam kuliah dulu. Yoi, fungsinya untuk menemani tugas kuliah, dan bikin skripsi. Tenggelam dalam mimpi iklan. Untungnya bukan obat kuat yang saya minum.
Waktu itu, sekitaran tahun 2009, saya mengonsumsi kopi pastinya bersama gula. Bro, orang Indonesia suka banget sama yang manis-manis kan? Bahkan waktu itu, rasa kopinya bisa tergantikan dengan rasa manisnya gula. Alias lenyap rasa kopi, lebih mirip menikmati air gula yang barangkali membuka peluang saya terkena diabetes.
Plus dulu masih doyannya kopi sobek alias kopi sachet.
Saya benar-benar gak tahu rasa kopi seperti apa, hingga seorang perempuan mengenalkannya kepada saya di tahun 2016.
Rasanya tetep pahit...
Yoi broh, demi bisa jalan terus bareng doi, saya harus berkorban. Kali ini bukan berkorban Idul Adha, tapi menggantikan selera. Jika biasanya harus minum kopi sachet, sekarang bergaya, musti minum dari biji kopi yang digiling. Kalau dahulu pakai gula, sekarang nggak lagi.
Ibarat musik, barangkali saya mengubah dari aliran pop ke blues rock. Sesuatu yang asing. Mulanya tidak bersahabat, tapi perlahan dan tidak pasti, lama-lama jadi kebiasaan yang terpaksa. Tapi pada akhirnya, sekali lagi gara-gara dia, saya jadi suka (suka dia, kopinya mah nggak hahah).
Dari perempuan tersebut, dia mengajari saya banyak hal, kafe rekomendasi di Jakarta, kopi yang nikmat menurut dia, bagaimana merasakan, membaui kopi. Yep, tiap berapa malam, kami pasti bertemu di kedai kopi. Kadang bahan perbincangan kami tidak melulu soal kopi, melainkan soal hal remeh temeh, receh, soal hidup, bahkan soal hati masing-masing.
Seiring dengan berjalannya waktu dan makin bertambah macetnya Jakarta, lama-lama lidah saya makin terbiasa merasakan pahit, asam dan kadang gosongnya rasa kopi tanpa gula. "Inilah rasa kopi yang jujur," kata saya pada diri sendiri waktu itu.
Tapi rasa pahit itu juga meninggalkan bekas, si perempuan tiba-tiba menghilang. Tidak ada lagi orang yang menemani. Barangkali juga dialah gula yang selama ini menutupi rasa asli si kopi.
Jadi, pesan moral yang didapat dari kisah kali ini adalah: pait cuk...
No comments:
Post a Comment