Sunday, December 24, 2017

Bulan Berair


November Rain. Lagi-lagi saya menulis diawali dengan judul sebuah lagu dari salah satu legenda band Gun and Roses. Bulan November tanggal 15 tepatnya kami mulai menyeduh di kedai minimalis ini. 

Hari pertama itu derasnya hujan mewarnai kedai kami. Pas sekali sambil menyeruput kopi hangat seduhan kami. 

Saat itu kami memiliki promo “Bayar Suka-suka” untuk semua menu kopi yang kami tawarkan. Promo di social media kami waktu itu hanya memiliki setidaknya sepuluh followers. Sakit kan? Haha. Tapi tidak hanya itu saja. Kami juga menyebarkan promo lewat semua kontak yang ada di smartphone masing-masing.

Pembeli pertama kami jatuh ke tangan arsitek muda yang membantu kami untuk mendesain kedai mungil ini yaitu Misty. Kemudian barulah berdatangan teman-teman yang mendukung kedai dengan umurnya belum genap satu hari. Di tengah hujannya Taman Kuliner Condongcatur pada waktu itu obrolan kami pun sangat menyenangkan. Banyak sekali masukan yang kami dapat dari komentar mulai dari suasana kedai sampai pada menu yang kami sajikan. 

Standing Bar merupakan konsep awal yang kami bawa untuk meramaikan Taman Kuliner Condongcatur. Tidak ada kursi, hanya ada sebuah bar kayu yang kami pesan dari seorang teman.

“Capek juga ya.”

Begitu celetuk salah seorang teman kami di tengah obrolan yang makin malam makin asik. Karena dua jam lebih kami ngobrol dengan berdiri dan menyandar pada bar kayu atau tembok. Sekejap keputusan untuk melanjutkan konsep standing bar gugur. Keesokan harinya kami membeli kursi bekas namun masih indah dipandang untuk disandingkan di salah satu sudut kedai Kopi yuk!


Aroma tanah sedap berpadu dengan aroma kopi hangat memang nikmat. Lebih santai sambil duduk di kursi yang baru kami beli. Semoga hujan saat itu jadi berkah.

Saturday, December 23, 2017

Menu Tamu Pertama



Tengah Desember dan hujan di Bulan desember. Saya dan Bing memutuskan untuk mendatangkan menu tamu pertama yang bertajuk kopi dingin.

Kenapa tidak kopi hangat saja supaya bisa menghangatkan di tengah hujan. Tidak. Yang butuh kehangatan di saat hujan hanyalah manusia lemah. Itu kalimat yang tiba-tiba muncul ketika saya menuliskan sekarang ini. Haha.

Menu dingin dipilih karena lebih seksi daripada menu hangat. Ini artikel yang subjektif. Biar saja, toh yang menulis hanyalah saya seorang Wak. Biasanya saya selalu ngomong seenaknya di tulisan-tulisan ini. Menu ini terilhami dari sobat Kopi Yuk! yang sering mampir ke kedai. Permintaan meningkat maka saya dan Bing mengabulkannya, bukan menaikkan harganya.

Oke! Menu tamu bulan Desember ini kami beri nama Café au lait sucré (dibaca: cafe ole sukre atau CLS). Menggunakan penamaan dalam bahasa Perancis supaya “beda aja” gak lebih. Ya se-sepele itu sudah cukup supaya tak usah terlalu banyak memutar otak lebih lama. 

CLS memiliki rasa manis krim dan milky tapi tetap intens pada rasa khas kopi. Ditambah dengan es batu supaya lebih nikmat saat dinikmati dingin. Gimana? Sudah bisa terbayangkan rasanya seperti apa saat menu tamu ini menyentuh lidah dan mengalir deras ke tenggorokan?


Kalau belum mungkin kamu bisa mencobanya segera di kedai mungil kami di Taman Kuliner Condongcatur. Kalau sudah, mari berdiskusi lagi untuk membuat menu tamu lain. Oia! Menu tamu CLS ini hanya ada sampai akhir tahun 2017. Di tengah bulan Januari 2018 kabarnya ada menu tamu lagi yang akan datang meramaikan dan memanjakan kamu di setiap teguknya.

Friday, December 22, 2017

Surat Terbuka Untuk Bapak Jokowi Dari Kopi Yuk!


Ini bukan untuk click bait. Ini surat serius (yang kelewat santai) untuk bapak Presiden Republik Indonesia. Kami cuma mau berbagi kisah soal biji kopi di negeri kita tercinta, Indonesia. 

Mungkin ada yang belum tahu kalau Indonesia adalah negara dengan varian kopi dari Sabang sampai Merauke (2017 hampir usai dan masih banyak yang belum tahu??). Bangga? Jelas, ini sebuah kebanggaan.

Si Wak punya cita-cita dan menurut pandangan pribadi hal tersebut sangat mulia. Cita-citanya adalah ingin semua orang bisa menikmati kopi (berupa biji kopi roasting-an, digiling, dan diseduh dengan berbagai macam teknik) tanpa harus membebani peminum kopi dengan harga mahal.

Demi Kopi Terbaik

Sejujurnya kami punya program "Untuk Beli Biji Kopi Premium." Tulisan pada label putih tersebut kami tempel pada kaleng tip warna hijau muda. Kalian bisa melihatnya tepat di samping toples-toples kopi kami.

Tujuannya bukan untuk tip karena servis kami baik melainkan untuk subsidi membeli kopi kualitas premium sehingga pelanggan di kedai kopi kami tidak dibebani harga tinggi.

Nah sebelum terlalu jauh, kami jelaskan apa itu kopi kualitas premium dan apa bedanya dibanding kopi lain. Di sini kami ambil referensi dari tulisan lain.

Kopi kualitas premium yang dimaksud dalam artikel ini adalah kopi spesialti, yaitu kopi dengan treatment khusus. Kopi seperti ini memiliki aroma dan rasa yang lebih enak dibanding kopi komersil.

Sedangkan maksudnya perawatan khusus adalah, biji kopi yang dihasilkan telah mendapat perhatian khusus sejak awal tanam, seperti kondisi iklim, ketinggian, dll. Bahkan ketika mencapai tahap panen, prosesnya pun dipilah secara seksama. Nah, premium dalam tahap ini adalah kondisi biji kopi benar-benar diperhatikan. Satu per satu!

Salah satu customer Kopi Yuk!, Pamian Risandra -kami sering menyebutnya Paiman- adalah pedagang biji kopi Toraja premium. Dia menjelaskan bahwa proses produksi kopi kualitas premium memang seperti yang telah kami jelaskan pada paragraf sebelumnya.

Pemilihan biji kopi dilakukan untuk menyingkirkan yang cacat, berjamur, rusak, pecah. Biji kopi seperti ini jelas tak masuk hitungan karena akan berdampak pada rasa tak sempurna alias pahit saat diminum. Tidak heran jika harga lebih mahal (Sekitar Rp 250 ribu per kilo, sudah termasuk roasting-an) dibanding biji kopi yang tidak melalui proses quality control seketat ini.

Harga Bisa Lebih Murah

Pada obrolan tersebut, kami bertanya kepada Paiman, tidak bisakah harga ditekan lebih rendah. "Bisa wae, masalah terbesarnya infrastruktur jalur distribusinya kuwi lho yang harus dibenakke (dibetulkan)," Kata dia. Maksudnya adalah kondisi jalan dari kawasan perkebunan kopi di sana menuju tempat pengolahan belum memadai. Jalur darat yang semestinya bisa murah, karena kondisi jalan tak memungkinkan, akhirnya memakai jalur udara dan jelas lebih mahal.

Kami tidak bermaksud menyimpulkan atau menggeneralisasi berdasarkan sekali obrolan pada malam itu. Hanya saja potret ini ada sebagai kasus khusus.

Nah, dari sini apa kaitannya dengan Pak Jokowi? Kami tahu program beliau dalam menghilangkan disparitas harga barang kebutuhan pokok atau komoditi terutama di luar Jawa dengan memperbaiki infrastruktur, seperti membangun jalan dan pelabuhan. Tentu saja cita-cita ini harus didukung.

Kami sebagai pedagang hanya punya mimpi sederhana yaitu dapat menyeduh biji kopi dari tanah tempat lahir, Indonesia dengan harga terjangkau untuk customer kami. Mudah-mudahan ini juga mimpi yang sama dengan pemilik kedai atau kafe lain.

Tabik!




Sunday, December 17, 2017

Riset: Rasa kopi (bukan) yang terpenting saat minum kopi di kafe



Baru-baru ini kami mengadakan riset kebiasaan konsumsi kopi terhadap 100 responden. Mereka yang diikutsertakan dalam studi ini adalah pengunjung kedai Kopi Yuk! di Taman Kuliner Yogyakarta dengan usia 17-39 tahun.

Riset dilakukan dalam rentang waktu satu bulan (16 November-16 Desember 2017), dengan metode purposive sampling, 35 perempuan dan 65 pria pengunjung kedai dipilih untuk mengisi kuesioner online. Berikut ini beberapa fakta menarik:

1. Malam Hari, Waktu Minum Kopi


N: 100
Multiple response
Kebiasaan minum kopi di kalangan pengunjung Kopi Yuk! agak unik. Hampir setengah responden memilih malam hari sebagai waktu paling sering minum kopi.

Sementara, berdasarkan hasil riset lain yang dilakukan peneliti neuroscientist di Uniformed Services University of the Health Sciences di Maryland, AS, Steven Miller mengatakan, “Di pagi hari, kopi paling efektif dinikmati antara pukul 09.30 hingga 11.30, saat kadar kortisol Anda menurun sebelum setelahnya naik lagi.

Meski begitu, masih ada 36% responden yang terbiasa meminum si hitam di pagi hari. Yah, ga apa-apa lah ya, yang penting jangan jotos-jotosan.


2. Dua Gelas Kopi per Hari


N: 100
Jika dirata-rata, 100 responden ini meminum minimal dua gelas kopi per hari. Kemudian apa arti jumlah ini? Dan apakah semakin banyak meminum kopi bisa berdampak baik atau buruk bagi kesehatan?

Saya coba kutip dari penelitian lain. Dalam sebuah riset di Annals of Internal Medicine meminum dua cangkir kopi per hari dapat menurunkan risiko gagal jantung 11 persen bagi perempuan dan seiring bertambahnya konsumsi kopi hingga tiga cangkir per hari dapat menurunkan risiko penyakit jantung sebesar 25 persen. Tapi hal yang sama tidak berlaku bagi penderita gagal jantung dengan sebab kelainan genetik.

Dalam penelitian lain soal diabetes, meminum tiga cangkir kopi per hari dapat menurunkan risiko terkena diabetes hingga 25 persen. Namun hal yang serupa tak berlaku jika kamu sudah terkena diabetes.

3. Minum Kopi untuk Refreshing


N: 100
Multiple response
Setengah responden yang menjawab, mengaku meminum kopi untuk refreshing. Artinya fungsi kopi tidak lagi hanya sebagai penghilang rasa kantuk, penambah semangat (fungsional) melainkan
sudah berada pada tahap rekreasi, pemuas diri, dan melepaskan diri dari kepenatan.

Tak diragukan lagi, sudah banyak penelitian mengenai manfaat kopi sebagai penambah energi dan stamina. Kini, dengan makin maraknya gerakan kopi generasi ketiga, kopi saat ini tak sekadar menjadi minuman biasa, melainkan sudah menjadi tren, gaya hidup khususnya di kalangan anak muda.

4. Perempuan Lebih Banyak Membelanjakan Uang di Kafe Ketimbang Pria


N:100
Oh ya? Saya pun kaget ketika menghitung hasilnya. Jumlah tepatnya 42,000 rupiah. Sedangkan pria jika dirata-rata hanya mengeluarkan 36,000 rupiah sekali berkunjung ke kafe di Yogyakarta.

Namun jika dirata-rata tanpa membedakan jenis kelaminnya, rata-rata responden menghabiskan Rp 38,000 sekali berkunjung ke kafe di Yogyakarta.

5. Rasa Kopi Bukan yang Terpenting Saat Minum Kopi di Kafe


N:100






Agak mengagetkan. Ternyata justru kebersihan tempat menempati prioritas utama para responden ketika minum kopi di kafe. Data indeks menunjukkan, semakin mendekati angka 5 (sangat penting) menunjukkan faktor tersebut memang diprioritaskan di kalangan responden.

Namun bukan berarti rasa kopi terabaikan. Nilai indeks menunjukkan, meski berada di bawah angka indeks rata-rata kebersihan kafe, rasa tetap merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan responden saat minum kopi di kafe.

6. Cake & Snack Jadi Cemilan Pas Ngopi

N: 100
Multiple Response
Begitu tahu hasilnya seperti ini, sebenarnya kami tak heran. Karena beberapa pengunjung sudah memberikan masukan. Kayaknya sepet, kalo gak ada cemilan pendamping minum kopi. Kami pun sebenarnya sudah mengakalinya dengan program Rabu: Ni Putu Kopi.

Sebanyak 25% responden mengaku biasa memakan cake sebagai pendamping minum kopi selagi di kafe di Yogyakarta. Snack atau crackers dipilih 24% responden sebagai kudapan selain cake. Bentuk cemilan lain ada biskuit (17%), sandwich (15%) dan Muffin (12%).

7. Gerai Raksasa dari Seattle masih Top of Mind

Ketika ditanya soal brand kafe/kedai kopi yang paling diingat, mayoritas responden menjawab Starbucks. Tak diragukan lagi memang. Franchise dari Seattle, AS yang berdiri sejak 1971 ini kuat dari segi brand dan marketing-nya.

Nah, itu dia review singkat dari riset perdana kami soal Kebiasaan Mengonsumsi Kopi. Kami tahu masih banyak kelemahan dan kekurangan pada riset ini. Namun setidaknya, tak ada salahnya mencoba dan memulai.

Oh iya, setelah ini kami akan mengadakan riset yang melibatkan banyak responden. Untuk temanya masih digodok. Kami sangat terbuka jika ada rekan-rekan yang ingin memberi masukan, atau bahkan bekerjasama dengan kami dalam proyek riset ke depan. Mari bangun bersama! :D





Pagi Yang Menakjubkan


Familiar dengan judul di atas? Mungkin generasi 90an sudah pernah mendengarkan lagunya Sheila On 7. Yes! salah satu band favorit saya juga. Ada apa dengan sang pagi? Kebetulan saya tidak pernah melihat sang pagi datang. hehe.

Saya bangun selalu siang, sekitar jam 10 baru bangun. Bukan karena malas bangun pagi. tapi saya tidak pernah mendengarkan alarm yang sudah saya setel jam 06.25. Entah apa sebabnya saya suka bangun pada jam itu (dulu). Mungkin terlalu pagi untuk beberapa orang, tapi tidak juga. Saya bangun pagi untuk olahraga. Saya tidak pernah ngopi pagi. Lucu ya, punya kedai kopi dan menyeduh untuk pelanggan tapi tidak membiasakan menyeduh kopi buat diri sendiri.

Sudah satu bulan kedai Kopi Yuk! buka dan baru dua hari kami benar-benar libur. Memang kami tutup di hari minggu. Tapi ternyata punya usaha yang dijalankan sendiri itu sangat menguras tenaga. Jujur, lelah pasti, tapi selalu menyenangkan di setiap seduhannya. Saya dan Bing tiap minggu selalu ada pembicaan atau pekerjaan serius, seperti strategi yang harus kami jalankan sampai melengkapi kebutuhan kedai.

Oke sekarang waktunya masuk ke pembahasan. Pada suatu pagi saya berpikir (sendiri), perbincangan antara otak kanan dengan otak kiri, antara kaki dengan kepala, dan antara saya dengan ah sudahlah. Ini tentang peneguhan. Peneguhan tentang perjalanan perkopian yang sedang saya jalankan bersama Bing. Meyakinkan diri sendiri dengan cara nekat itu gila! 


Untung kami berdua baru gila-gilaan saja belum gila betulan. Saya lupa suatu hal, pernah ada orang bijak yang saya temui dan dia berkata, “Jika kamu ragu, lebih baik berhentilah. Tapi jika kamu yakin walaupun 1% saja lebih baik kamu nekat.”

Sunday, December 10, 2017

Lelang Karya 2: Kopi sebagai Pusat Semesta

Kali ini saya mengkategorikan karya empat peserta sisanya karena kesamaan ide: kopi sebagai sumber inspirasi, awal memulai aktivitas tertentu, atau pengalaman personal terhadap kopi itu sendiri. 

Nah, kita mulai dari...

@zsinelir

ig: zsinelir (2017)
Judul Karya: (1) Mencari Kopi - Biru (2) Mencari Kopi - Hijau (3) Mencari Kopi -Pink

Lebih akrab dipanggil Hans. Begitu datang ke kedai kami langsung mencari kopi. Setelah memesan Cold Brew Bali, pria berjambang dan berjanggut tebal ini langsung menggoreskan tinta ke cup kami. ‘Mencari Kopi’ inilah yang menjadi judul dan inspirasi Hans. “Ketika digabungkan ketiga cup ini sebenarnya satu cerita, yaitu ada objek orang dengan tangan dan kaki, semacam tentakel, yang mencari gelas kopi,” ujar dia.

Hans mengaku, tidak mudah untuk menggambar cup, karena bidang tidak datar. Selain itu juga, “pertama kali menggores tinta (di cup) itu mengerikan,” ujarnya. Karena, menurut dia, tidak ada sketsa awal. Karya Hans akan dilelang mulai dari Rp 15,000 per karya. Kamu penasaran dengan orangnya? Cek aja ig-nya di @zsinelir

@daruf


ig: daruf (2017)
Judul Karya: First Stage

Merasa tidak asing dengan objeknya? Yap, Mario Bros. Buat anak 90-an pasti familiar banget dengan tukang ledeng Italia ini (Sori foto Mario Bros-nya berada di sisi yang tak terlihat). Ndaru, sang kreator mengibaratkan adegan awal Mario Bros di stage 1 ini sebagai suasana pagi. "Ibaratnya ini seperti memulai aktivitas di pagi hari, biasanya ya ngopi," jelas dia. Kopi, menurutnya sangat cocok untuk mengawali hari.

"Tadinya mau menggambar satu rangkaian stage (scene di dalam lorong, air, dll). Jadinya hanya mengambil satu cuplikan. Kalau semuanya gambarnya nanti terlalu kecil, " pungkas pengusaha sepatu ini. Karyanya mulai dibanderol Rp 15,000 di lelang kali ini. Silakan jika penasaran dengan orangnya, bisa dilirik di ig @daruf

@adityawijang

ig: adityawijang (2017)
Judul karya dari kiri ke kanan: (1) Everybody deserves Coffee (2) Painfully Temptation (3) Perpanjangan
Everybody deserves Coffee merupakan pemaknaan Sasongko bukan hanya terhadap keragaman biji kopi, melainkan juga warna-warni karakter peminumnya. "Mau antagonis, plegmatis, kolerik, semua orang memulai harinya dengan kopi," tegasnya. Kenapa karakternya astronot? Karena dirinya mengaku menemukan banyak orang aneh di tempat minum kopi.

Painfully Temptation adalah pengalaman buruk Sasongko terhadap kopi namun disampaikan melalui kebenciannya (juga) terhadap seafood. Kebetulan penyiar radio ini memiliki memori buruk terhadap makanan laut. "Kalau dengan seafood sempat kena gatal-gatal, kalau dengan kopi sempat punya sejarah asam lambung," ungkap dia.

Kopi adalah sarana perpanjangan ide. Kopi adalah benda yang dapat memancing diskusi. Selain itu, kopi merupakan penghubung dengan orang lain atau bahkan menjadi teman sekaligus. Itulah penjelasan Sasongko ketika ditanyai apa maksud dari banyaknya tangan-tangan berkelindan yang dia gambar di Perpanjangan.

Sama seperti yang lain, karya pria yang gemar membanyol ini akan dilelang dengan harga permulaan Rp 15,000. Buat yang penasaran seperti apa orangnya, silakan bedah ig-nya di @adityawijang

@jsfadi  

ig: jsfadi (2017)
Judul Karya: (1) Be Gold (2) Solitude (3) Coffee First Talk Later
Kopi berfungsi sebagai penghangat suasana. Bisa diminum kapan pun, dimana pun. Maka tak heran, karya Momo, begitu dia akrab dipanggil di kalangan teman-temannya, menampilkan gambar pegunungan, cemara, rumah kayu lengkap dengan cerobong yang mengeluarkan asap. Karya berjudul Solitude-nya mampu menimbulkan ketenangan diri ketika melihatnya.

Dua karya lainnya, berbentuk tulisan. Permainan tipografi dan goresan tintanya menimbulkan kesan unik. Kenapa Be Gold dan Coffee First Talk Letter menjadi pilihan Momo? "Karena ketika ngobrol sambil ngopi, pasti menghasilkan diskusi yang lebih (berbobot), makanya ngopi dulu baru ngobrol," ujarnya sambil bergurau. 

Karya Momo akan dilelang dengan harga awal sama dengan yang lain yaitu Rp 15,000 per karya. Bagi yang pengin tahu orangnya seperti apa? Wajib cek di ig: @jsfadi

Nah, itu dia teman-teman yang berpartisipasi pada acara perdana Kopi Yuk! Berikutnya akan saya jelaskan proses lelang dalam poin-poin berikut:
  1. Calon pembeli karya memilih satu atau lebih cup yang diminati
  2. Calon pembeli karya yang berminat, diwajibkan menyampaikan tawarannya via Direct Message (DM) di halaman FB Kopi Yuk!
  3. Kirimkan dalam format DM di FB page Kopi Yuk! Contoh: Karya @jsfadi no. 1 Rp 50ribu
  4. Harga yang dipasang calon pembeli karya tidak boleh lebih rendah dari Rp 15,000. Namun jika harga penawaran yang dipasang adalah Rp 15,000 diperbolehkan.
  5. Pemenang lelang adalah penawar dengan harga tertinggi terhadap karya seni yang dipilih
  6. Sistem lelang berlangsung tertutup. Maksudnya penawar tidak mengetahui harga yang dipasang penawar lain
  7. Periode lelang berlangsung hingga 17 Desember 2017
  8. Pemenang lelang akan diumumkan
  9. Pemenang lelang wajib mentransfer atau membayar langsung ke kedai Kopi Yuk! Untuk nomor rekening yang dituju akan diberitahu kemudian
  10. Untuk pemenang lelang dari luar Yogyakarta, barang akan dikirimkan via pos/jasa pengiriman paket lain sesuai alamat tertuju. Biaya kirim ditanggung pemenang. Pemenang dari Yogyakarta bisa mengambil langsung ke kedai Kopi Yuk! di Taman Kuliner CondongCatur.

Lelang Karya 1: Imaji Melampaui Langit

Seperti janji kami kemarin, para peserta yang telah berpartisipasi di gelaran Menggambar Cup Kopi Yuk! Bareng-Bareng bakal dibahas mengenai cerita di balik proses kreatif mereka. Selain itu, kalian juga bisa 'berkompetisi' memiliki beberapa karya mereka melalui sistem lelang. Nah, kita mulai dari cerita karya peserta masing-masing dulu ya, yuk!

Barangkali kalau boleh saya simpulkan, ada dua kategori dari 18 karya para pegiat gambar yang ikut serta di acara tempo hari. Dan, saya tahu ketika menulis pengelompokkan ini, saya rasa teman-teman ini juga tidak terlalu suka untuk dikategorisasikan hehehe...Setidaknya saya mencoba mempermudah (atau sebaliknya?)

Tulisan pertama dari dua seri ini akan dimulai dari kategori pertama: 'Imaji Melampaui Langit'. Kenapa begitu? Karena saya melihat karya beberapa peserta dalam memvisualkan ide terwakilkan dari objek unik, modifikasi terhadap benda dan warna-warna cerah. Saya tahu barangkali kategori ini tidak begitu tepat penamaannya. Kita mulai dari peserta pertama:

@rasefour

ig: rasefour (2017)
Judul karya dari kiri ke kanan: (1) Universe Kuning-Coklat (2) Universe Hijau (3) Universe Biru (4) Universe Pink
Rasefour melalui karyanya bercerita tentang konsep semesta. Universe kuning coklat mewakili nuansa kerajaan tropis, semacam kepulauan. Hijau, adalah representasi dari negara yang tenang. Biru menggambarkan negara musim dingin, "ditambah karakter tokoh pemarah, karena orang ketika musim itu mudah sensi," ujar pemilik nama asli Gandhi ini. Sementara pink, mengisahkan pasangan petualang antargalaksi yang bertugas mengantar surat.

Keseluruhan proses kreatif ini dilakukannya tanpa sketsa dasar. "Jadi harus siap-siap improvisasi," jelasnya. Harga lelang dibuka Rp 15,000 per karya. Penasaran dengan orangnya? Kamu bisa cek ig-nya di @rasefour

@dionbojes

ig: dionbojes (2017)
Judul karya: Energi
Spontan. Jawab Bojes singkat ketika ditanya soal asal muasal idenya. Dia mengaku memulai gambar dari bawah (sayangnya kami tidak memotret bagian bawah cup). "Objek gambar bunga matahari yang aku gambar, itu karena pagi tadi bapakku membeli bunga itu," katanya. Kemudian berlanjut menggambar ke objek pohon dan jantung pada sisi cup. Seperti terlihat pada foto, karyanya dibuat dengan melibatkan titik (dot) sebanyak mungkin sehingga membentuk gambar jantung dan rangkaian jaringan berkelindan seperti batang dan membentuk dedaunan.

"Pusat aliran darah makhluk hidup itu dari jantung, berperan sebagai filter juga. Intinya jantung sebagai sumber energi," Ujar Bojes soal alasan pemilihan judul Energi. Harga lelang dibuka dari angka Rp 15,000 untuk karya ini. Penasaran dengan orangnya? Cek ig-nya di @dionbojes

@saashaaaa

ig: saashaaaa (2017)
Judul karya dari kiri ke kanan: (1) A cup of Happiness (2) Segenggam (3) Taste of Tropical
Satu-satunya peserta perempuan di acara menggambar cup di kedai Kopi Yuk! Sasa, menyumbangkan kreasinya di tiga cup kami. A cup of Happiness kata dia merupakan representasi dari ajakan minum kopi yang menyenangkan. Hal itu terwakili dari balon warna-warni yang dia gambar. Karya kedua, Segenggam berangkat dari ide, "hanya butuh segenggam kopi untuk mengisi gelas ini," jelas perempuan berkacamata ini.

Sementara Taste of Tropical, merupakan spontanitasnya terhadap warna kuning dan lemon. "When life gives you a lemon," Kata Sasa. Harga lelang dibuka atas ketiga kreasi ini adalah Rp 15,000 per karya. Penasaran dengan orangnya? Buka instagram kalian dan cari @saashaaaa

Nah, itu dia ketiga peserta yang ikut dalam acara menggambar tempo hari. Masih ada empat orang lagi dengan karya tidak kalah bertalenta dari ketiga pegiat gambar sebelumnya. Udah gak sabar ikutan proses lelangnya? Sabar, sabar, tetap ikuti dan cermati di artikel berikutnya ya!

:D

Artikel berikutnya soal proses lelang: Lelang Karya 2: Kopi Sebagai Pusat Semesta





Saturday, December 9, 2017

Cup Kopi Yuk! Jadi Lebih Nyeni


Bicara soal kopi tentunya tidak lepas dari ngobrol, merokok, kerja di depan komputer dan serangkaian aktivitas lain. Baru-baru ini kami mengaitkan kopi dengan aktivitas berseni di acara Menggambar Cup Kopi Yuk! Bareng-Bareng.

Kami tahu, kedai kopi dan kafe sudah terlalu banyak di Jogja. Pernah si Wak bilang, sudah 400-an kafe bergelut di dunia perkopian di kota yang selalu bikin kangen ini. Bicara tren? diramalkan akan terus bertambah. Karena, yah seperti kita tahu, Indonesia, khususnya kota-kota besar sedang dilanda 'mabuk kopi'. Apalagi ditambah hebohnya film Filosofi Kopi yang belum saya tonton sampai hari ini.

Nah, demi bisa mendapatkan pasarnya sendiri, Kopi Yuk! ke depannya nanti, rutin mengadakan acara komunitas atau non-komunitas. Sebagai langkah kecil bayi ini, kami mengundang rekan-rekan hobi menggambar. Kebanyakan peserta memang teman-teman kuliah saya dan Wak. Satu aksi kecil lebih baik ketimbang berdoa, kata Mahatma Gandhi. ;)

Darimana idenya?

Ide menggambar cup kopi bersama ini datang dari obrolan beberapa pengunjung yang melihat gambar Wak dan Bing di cup. "Dijual gak ini?", "Lucu juga nih, mau dong dibikinin". Selentingan-selentingan itu akhirnya membuat saya tertarik mengadakan acara menggambar cup bersama.

Tanpa ba-bi-bu, saya mencoba diskusi dengan Gandhi atau nama bekennya Rasefour, seorang seniman gambar di Jogja dan juga teman semasa kuliah dulu. Waktu itu saya ajukan konsep dalam selembar kertas elektronik di Word. Tanpa banyak pertimbangan, pemuda berkacamata itu langsung menyetujui. Alhasil dia mengajak beberapa rekan, sesama pegiat gambar, untuk berpartisipasi. Kun fayakun. 

Antusias

Acara menggambar sendiri berlangsung dengan diikuti tujuh peserta. Mulanya lima orang, dua lainnya menyusul pada malam hari. Talenta mereka sungguh luar biasa. Karena bisa dibilang, menggambar di cup tidak mudah. Mereka sendiri mengakuinya. Bidang yang digambar tidak lurus dan rata.


Well, Hampir lima jam mereka berkutat menggambar (sambil ngopi dan juga bercanda), jadilah 18 karya. 18 Karya ini punya ceritanya masing-masing.

Nah, penasaran seperti apa karya dan ada cerita apa di balik setiap kreasi mereka? Oh ya, karya tujuh peserta ini akan kami lelang. Jika kamu tertarik membelinya bisa ikut berpartisipasi juga. Tunggu penjelasan dan ceritanya di artikel berikutnya ya! Ciao! 

Monday, December 4, 2017

Bukan Lomba, Senang-senang dapat duit (Semoga)


Hola! Sobat Kopi yang terkasih. Kali ini Kopi Yuk! mengadakan acara menggambar bareng-bareng di paper cup kopi kami. Berikut ini detilnya:

Latar Belakang:

  1. Menambah estetika seni di paper cup kopi
  2. Penghargaan kepada bentuk seni (akan diadakan sistem lelang untuk setiap karya yang terjual/sistem sharing profit)
  3. Menciptakan relasi antarkomunitas dan penggiat gambar
  4. Menambah ketertarikan pengunjung saat ke Tamkul

Partisipan:

  1. Siapa saja yang berminat ikut

Metode:

  1. Para peserta menggambar di paper cup yang disediakan
  2. Tiap peserta maksimal menggambar 3-4 cup
  3. Karya akan dipublikasikan ke sosmed Kopi Yuk!
  4. Harga lelang dibuka pada harga Rp 15,000 tiap karya
  5. Sistem lelang tertutup. Artinya, publik memilih karya (boleh lebih dari satu) kemudian memasang harga lelang yang diinginkan secara rahasia via DM akun Kopi Yuk! di Facebook
  6. Publik bisa merevisi harga lelang satu kali, tapi hanya selama periode lelang
  7. Pemenang lelang adalah harga tertinggi
  8. Sistem pembagian hasil 70% untuk seniman 30% untuk Kopi Yuk!
  9. Karya harus diambil pemenang lelang, jika domisili di Jogja. Khusus luar Jogja/Internasional akan dikirim via pos/shipping. Biaya kirim ditanggung pemenang lelang

Logistik:

  1. 30 Paper cup kopi akan dibagi ke peserta dari Hendy dan Adit. Per peserta 3-4 paper cup
  2. Alat gambar bawa sendiri ya :D

Nah, seperti itu kira-kira. Kalau kamu pengin ikutan, silakan beritahu kami di kolom komentar ini, atau DM kami di akun ig @yukkopiyuk atau di page FB Kopi Yuk!

Jika masih ada pertanyaan, silakan dilempar di kolom komentar ini. Terima kasih! :)

Sunday, December 3, 2017

Manusia-Manusia Pasar


Belum genap kami satu bulan di sini tapi sudah banyak kejadian menarik dilewati, dan sayang jika hanya disimpan di dalam ingatan kepala yang rawan hilang dalam hitungan hari. 

Taman Kuliner (TamKul) Condongcatur bagi sebagian masyarakat Yogyakarta pasti sudah tidak asing dengan area yang lebih dikenal sebagai tempatnya untuk memuaskan perut ini. Namun buat sebagian orang, nama Tamkul tidak dikenal sama sekali.

Tapi bagi orang yang tahu, image Tamkul bahkan masih jauh dari harap. Beberapa pengunjung kedai kami ketika ditanya mengidentikkan tempat ini sebagai 'tempat yang tidak ada aktivitas', 'kelihatan sepi', 'gelap', 'terkadang menyeramkan'.

Tidak mengherankan jika respon mereka seperti itu. Karena seperti yang kalian ketahui, dari gerbang masuk, 'pintu sambutan' Tamkul memang menimbulkan kesan tidak ramah: tak terawat, tak teratur, berantakan, rerumputan dan ilalang meninggi. Belum lagi cat gerbang yang memudar, pos satpam tanpa penjaga, lampu-lampu penerangan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Bayangkan, jika seseorang lapar dan hendak menuju Tamkul, tapi begitu sampai depan gerbang dia mengurungkan niat karena berpikir, "ini tempat ada yang jualan ga ya?"

Berdasarkan cerita yang kami dengar, beberapa penjual dalam paguyuban pelapak sudah mengajukan peremajaan disain Tamkul seperti perbaikan lampu jalan, namun hingga kini belum ada respon dari pengurus.

Kesimpulan sementara: Tua dan Muda

Kalau bisa saya simpulkan sementara, ada dua tipe penjual di Tamkul. Penjual dari generasi tua, dan penjual dari generasi muda. Maksudnya bisa berarti dua hal. Pertama mengacu kepada usia, kedua mengacu kepada gaya berjualan.

Untuk hal pertama tidak perlu dijelaskan lagi. Sementara untuk gaya berjualan maksudnya adalah jenis barang, jalur distribusi penjualan, dan teknik marketing.

Sepenangkapan saya, pelapak generasi tua menjual barang setipe: mi instan, kopi sachet, nasi ayam goreng, soto, nasi goreng, gorengan. Artinya, jika ada satu penjual membuka usaha mi instan, maka pelapak di sebelahnya juga menjual dagangan serupa.

Sementara pelapak generasi muda menjual barang dengan jenis dagangan berbeda: teh lokal dengan varian rasa atau kombinasi rempah, jus dengan gabungan buah, kopi dengan ragam rasa, sepatu, baju, perlengkapan skateboard. Namun hal ini sebenarnya merupakan titah dari pengurus Tamkul untuk menjadikan area ini lebih bervariasi dari segi dagangan. Khususnya pelapak generasi muda.

Untuk jalur distribusi penjualan, semua pelapak generasi muda memanfaatkan sosmed sebagai sarana mengkomunikasikan barang yang mereka jual kepada calon pembeli. Katakanlah, Raccoon, Tropical Breeze, Gildan, Lokalti, dan masih banyak lagi. Sementara pelapak generasi tua mengandalkan pengunjung Tamkul yang datang ke kedai mereka.

Teknik marketing yang dilancarkan pelapak generasi tua cukup unik. Pada beberapa kesempatan mereka menawarkan dagangan dengan cara berkeliling saat mengetahui ada kerumunan pengunjung Tamkul. Sebaliknya dengan pelapak generasi muda, promo seperti diskon, harga khusus kadang menjadi andalan dan hal tersebut dilakukan melalui akun sosmed mereka.

Friday, December 1, 2017

Energi Si Hitam Memang Luar Biasa!



Apa olahraga favorit kalian? Siapa tau kita bisa olahraga bareng. Main basket itu udah jadi bagian dari aktifitas mingguan yang tidak mau saya lewatkan, lebih baik saya kerja sabtu minggu daripada harus melewatkan jadwal basket di hari Rabu.

Nah! Sekarang ini saya punya tanggung jawab untuk brewing di kedai Kopi Yuk! yang buka setiap hari Senin sampai Minggu, jam satu siang sampai jam sepuluh malam dan setiap hari Rabu saya tetap menyempatkan waktu untuk basket jam lima sore sampai jam tujuh malam. Terus yang di kedai siapa? Ya siapa lagi kalo bukan si Bing. haha. Jadi kalo kalian mencari saya di hari Rabu jam lima sore sampai jam delapan malam, saya ada di lapangan basket Difour (ada kedai kopinya juga lho!).

Waktu itu saya belum jatuh hati dengan kopi. Salah seorang teman saya selalu menyeruput kopi sesaat sebelum tipoff (awal dimulainya pertandingan basket). Sempat saya bertanya, “Apakah itu akan baik-baik saja untuk lambung?” Karena saat itu saya yakin, waktu olahraga seluruh organ akan bekerja lebih keras daripada ketika hanya melakukan aktifitas yang tidak begitu menguras energi.

Salah satu superfood itu ternyata kopi. Kopi punya kelebihan menambah energi saat melakukan olahraga. Percaya? Silakan coba sendiri. Menurut penelitian, konsumsi kopi saat olah raga bermanfaat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi nyeri otot.

Menurut artikel dari Majalah Otten, waktu terbaik untuk minum kopi adalah satu jam sebelum olah raga. “Manfaat kopi diserap tubuh sekitar 15 – 45 menit setelah meminumnya, dan antara 30 – 75 menit manfaat kopi pada titik optimal tubuh.” (https://majalah.ottencoffee.co.id/kopi-sebagai-suplemen-olahraga-simak-tipsnya/)


Jadi, kapan kamu mulai coba konsumsi kopi sebelum olah raga?