Friday, September 15, 2017

Pada Mulanya Saya Suka Dia...






Tidak ada yang menyangka, bahwa bersama orang lain, selera kita terhadap pilihan minuman bisa berubah. 

Dulunya saya bukan penyuka kopi, apalagi kopi tanpa gula. Pahit, gak enak. Saya lebih doyan minum Extra Joss atau Kuku Bima ketimbang kopi, saat mengenyam kuliah dulu. Yoi, fungsinya untuk menemani tugas kuliah, dan bikin skripsi. Tenggelam dalam mimpi iklan. Untungnya bukan obat kuat yang saya minum.

Waktu itu, sekitaran tahun 2009, saya mengonsumsi kopi pastinya bersama gula. Bro, orang Indonesia suka banget sama yang manis-manis kan? Bahkan waktu itu, rasa kopinya bisa tergantikan dengan rasa manisnya gula. Alias lenyap rasa kopi, lebih mirip menikmati air gula yang barangkali membuka peluang saya terkena diabetes.

Plus dulu masih doyannya kopi sobek alias kopi sachet.

Saya benar-benar gak tahu rasa kopi seperti apa, hingga seorang perempuan mengenalkannya kepada saya di tahun 2016.

Rasanya tetep pahit...

Yoi broh, demi bisa jalan terus bareng doi, saya harus berkorban. Kali ini bukan berkorban Idul Adha, tapi menggantikan selera. Jika biasanya harus minum kopi sachet, sekarang bergaya, musti minum dari biji kopi yang digiling. Kalau dahulu pakai gula, sekarang nggak lagi.

Ibarat musik, barangkali saya mengubah dari aliran pop ke blues rock. Sesuatu yang asing. Mulanya tidak bersahabat, tapi perlahan dan tidak pasti, lama-lama jadi kebiasaan yang terpaksa. Tapi pada akhirnya, sekali lagi gara-gara dia, saya jadi suka (suka dia, kopinya mah nggak hahah).

Dari perempuan tersebut, dia mengajari saya banyak hal, kafe rekomendasi di Jakarta, kopi yang nikmat menurut dia, bagaimana merasakan, membaui kopi. Yep, tiap berapa malam, kami pasti bertemu di kedai kopi. Kadang bahan perbincangan kami tidak melulu soal kopi, melainkan soal hal remeh temeh, receh, soal hidup, bahkan soal hati masing-masing.

Seiring dengan berjalannya waktu dan makin bertambah macetnya Jakarta, lama-lama lidah saya makin terbiasa merasakan pahit, asam dan kadang gosongnya rasa kopi tanpa gula. "Inilah rasa kopi yang jujur," kata saya pada diri sendiri waktu itu.

Tapi rasa pahit itu juga meninggalkan bekas, si perempuan tiba-tiba menghilang. Tidak ada lagi orang yang menemani. Barangkali juga dialah gula yang selama ini menutupi rasa asli si kopi.

Jadi, pesan moral yang didapat dari kisah kali ini adalah: pait cuk...

Pertemuanku Dengan Si Hitam Nikmat



2009.

Kalau tak salah ingat berawal dari pertemuanku dengan seorang gadis mahasiswa baru di kampusku yang kutaksir. Iya betul! Itu tahun 2009. Singkat cerita kami berkenalan dan singkat cerita lagi, kami saling bertukar cerita dan akhirnya aku tahu dia sangat ingin berlibur ke Bali.

“Aku harus cari uang tambahan untuk liburan ke Pulau Dewata”, begitu batinku.

Salah seorang temanku merekomendasikan sebuah tempat untuk bekerja di Jogja yang mencari mahasiswa untuk partime, Djendelo coffee & tea nama cafe-nya. Kali itu pertaman kalinya aku bekerja. Di sebuah cafe, bukan coffee shop.
Menu kopi yang disajikan cukup bervariasi mulai dari yang panas sampai kopi dingin. Tetapi menu andalan cafe tersebut adalah Coklat. Aneh. Tapi mengagumkan.

Memang terdengar aneh dari nama tempat tidak sesuai dengan menu andalannya.
Tapi tidak apa-apa, kalian bisa mencobanya sendiri kalau tidak percaya. Menurut pendapat pribadiku, sampai ketika artikel ini ku tulis (2017) menu coklat di Djendelo belum ada tandingannya.


Kembali lagi ke si hitam nikmat alias kopi. Cara penyeduhan kopi yang aku pelajari sangat cukup untuk pemula sebagai barista. Dimulai dari mengenal biji kopi arabika dan robusta, kopi halus dan kasar, sampai menggunakan mesin kopi sederhana.

Thursday, September 14, 2017

Bagaimana Menikmati Secangkir Kopi


Sekarang, saya jelaskan kepada sobat 'bagaimana menikmati secangkir kopi'. Ini adalah subjek dimana saat ini saya tengah mengeksplorasinya.

Kita tahu, beberapa cara orang saat menikmati kopi beragam. Ada yang meminumnya dengan air panas, air dingin, atau bahkan dengan es. Ada yang menikmati kopi sachet, ada juga yang membuatnya dari biji kopi gilingan. Ada pula yang mencampur dengan gula atau tidak. Kondisi meminumnya tergantung dari situasi, perasaan, nuansa, dan barangkali, bersama siapa meminum kopi. Lalu, bagaimana sobat dapat menikmati secangkir kopi?

Pertama, sobat harus mencoba berbagai cara meminum kopi. Maksudnya, mencoba berbagai kemungkinan untuk membiasakan lidah sobat mencoba berbagai rasa. Cara ini dapat menemukan posibilitas terhadap rasa yang paling sobat suka.

Berikutnya, sedikit demi sedikit sobat mulai mencicipi variasi biji kopi. Silakan coba Arabica, Robusta dan Liberica (Liberica tidak terlalu populer dibanding dua yang lain, tapi terserah sobat). Selagi minum, sobat dapat mencatat dan menyimpulkan rasa di antara mereka. Untuk membiasakan lidah terhadap rasa kopi, memang tak mudah. Tapi dengan terus berlatih, sobat dapat membedakan diferensiasi dan karakter biji kopi.

Langkah berikut, sobat mengkomparasi dan mendiskusikan penemuan kepada rekan atau peminat kopi. Hal ini merupakan langkah cerdas untuk meningkatkan pengetahuan dan sensibilitas sobat terhadap rasa.
Oke, sekarang sobat adalah le connaisseur
Ini dia! Pada akhirnya, kesimpulan kembali kepada sobat. Tiap orang memiliki selera. Problemnya bukan kepada pilihan, melainkan 'apakah sobat tahu dengan baik apa yang sobat minum beserta konsekuensinya?'