Tuesday, April 24, 2018

Belajar Terus Sampai Mati

Hai, apa kabar?

Lama gak jumpa sama tulisan receh a la si Wak. Belakangan ini si Bing yang nulis, si Wak mungkin lagi kehabisan ide buat nulis. Sekarang baru Wak akan mulai nulis lagi. Kali ini mau cerita tentang kunjungan ke ulang tahun pertama kedai tetangga, Kafeo Brewrey beberapa minggu lalu. Selamat ulang tahun yes!

Di acara ulang tahun itu ternyata ada semacam talkshow yang mendatangkan seorang barista, roaster, dan petani sekaligus processor kopi. Mereka semua bercerita pengalaman tentang kopi. Mulai dari perkenalan dengan si biji sampai akhirnya memutuskan berprofesi sebagai pegiat kopi dengan bidang pekerjaan masing-masing.

Yang menarik dari perbincangan tersebut adalah penjelasan dari hulu ke hilir perjalanan si hitam nikmat, yaitu kopi. Dimulai dari penanaman sampai pascapanen kopi untuk diolah sebelum diroasting, sampai diseduh dan bisa kita nikmati. 

"Perjalanan yang cukup panjang."
Yah begitulah perjalanan kopi mulai dari penanaman sampai bisa dinikmati setiap tetesnya. Mungkin ada pertanyaan, apakah ini yang membuat kopi khususnya jenis single origin harganya lebih tinggi dibandingkan dengan kopi sobek, diseduh, dan hilang semua ampasnya.

Wow! Magic! Jawabannya TIDAK.

Produsen kopi pabrikan besar juga melakukan cara tersebut, dari hulu ke hilir. Bagaimana dengan kedai kopi lain, kenapa harga kopi di kedai kopi lebih mahal? Idealnya untuk mendapatkan kopi dengan kaya citarasa (kompleks) itu perlu perlakuan khusus mulai dari pascapanennya.

Mulanya...

Setelah buah kopi berwarna merah dipetik, proses pascapanen merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pengolahan kopi. Proses ini sederhananya akan menghasilkan green beans.

Kemudian dilanjut untuk proses pemilihan setiap biji untuk mendapat rasa kopi yang maksimal. Pemilihan biji kopi sebelum diroasting sangat penting, mulai dari ukuran seragam sampai membuang green beans cacat dan berjamur.

Setelah proses pemilihan biji secara sempurna seperti  lagu Andra and The Back Bone, green beans akan masuk pada proses roastery atau pemanggangan kopi oleh seorang roaster. Dari sisi roastery, mereka setidaknya mendapatkan informasi detil tentang green beans yang siap dipanggang, seperti asal daerah, varietas, ketinggian. Tujuan dari informasi tersebut nanti akan mempermudah roaster untuk mendapat profil kopi yang dipanggangnya sebelum diseduh barista.

Berikutnya...

Pemanggangan kopi sudah selesai, sampailah si kopi yang sudah menghitam ini di kedai mungil Kopi Yuk!

Di sinilah moment of truth. Di tangan barista, kopi ini kemudian harus disajikan kepada sobat Kopi Yuk! Kopi yang sudah dipanggang itu diolah dengan beberapa metode pembuatan kopi oleh barista. Bisa memakai teknik manual brewing atau dengan menggunakan mesin kopi. Seorang barista sekarang ini harus mampu menjelaskan perjalanan si kopi tersebut jika ada penikmatnya yang bertanya, atau bahkan sampai pada pertanyaan, "Bagaimana rasanya?".

Jadi, kopi enak itu begitu panjang prosesnya. Begitu pula tanggung jawab besar barista yang harus menghadirkan kopi nikmat di setiap cangkir. Jadi seorang barista itu tidak semudah menyeduh kopi sobek bukan?

Sunday, April 22, 2018

Mari Berdendang Ca Ca Ca Matcha

Sepertinya tiap menu baru perlu cerita di baliknya. Ngg...lebih tepatnya, sebuah alasan kemunculan. Hmm...tunggu, tunggu apa perlu semua dijelaskan? Meskipun saya rasa hal ini tidak perlu-perlu amat. 

Baiklah...sebelum berubah pikiran untuk menulis cerita lain (sebenarnya saya sedang dalam proses penulisan hasil riset terhadap Generasi Z dan preferensi mereka terhadap konsumsi kopi), maka sebaiknya dimulai saja.

Ok, pertama kenapa matcha? 

Pertanyaan ini sebetulnya lebih pas ditanyakan kepada Wak. Karena dia menginisiasi ide ini kali pertama. Tapi sebagai partner-nya saya juga musti tahu (baca: mengira-ngira alasannya).

Simpel. Jika saat ini kamu masih menggunakan Facebook atau Instagram dan barangkali sedang terpapar iklan dari Starbucks, yes, perusahaan waralaba dari Seattle, AS itu sedang mengeluarkan produk baru, matcha dicampur kopi, dan disajikan dingin.

Selanjutnya, karena penasaran, kami coba bikin. Beberapa kali mencoba dan gagal. Coba dan gagal lagi. Akhirnya setelah sekian percobaan kami berhasil. Yes, selama proses eksperimen, kami konsultasi dengan rekan kami bernama Ipe (thanks broh!), jadilah kopi kekinian ini diberi nama: Café Vert. Alias kopi warna hijau dalam bahasa Prancis.

Alasan lain? Karena pengin ikutan beken. Hehehe... Mencoba sukses, kata Changcuters. Btw, kopi ini bisa kamu nikmati dingin, hanya dengan membayar Rp 17,000-

Kedua, apa menu ini akan muncul seterusnya?

Nah, perlu kami ingatkan sekali lagi Café Vert saat ini berstatus sebagai #menutamu. Program ini merupakan aktivitas inovasi Wak tiap bulan dan hanya berlangsung dua minggu sejak peluncuran. Khusus kopi berwarna hijau ini, berlaku sampai akhir April 2018.

Yah...terus muncul lagi nggak?

Selebihnya menu ini akan hadir setiap Selasa. Sama seperti #menutamu lain: 
Café Bombón (kopi sari tebu), Café au Lait Sucré (koffie Yen) dan Café Miel (kopi madu)Untuk Café aux Epices alias Kopi Jahe tidak muncul lagi karena konsumen kurang menyukainya.

Nah, selanjutnya kami sangat butuh masukan untuk pengembangan usaha ini dari sobat Kopi Yuk! 

Oh iya, kami punya program membership digital. Manfaatnya banyak, kami akan punya banyak promo, diskon bahkan hadiah buat kalian. Gak cuma itu kalian akan tahu banyak perkembangan terakhir dari kami. Caranya mudah, klik aja link di bawah ini, kalau kalian tertarik ingin menjadi sobat Kopi Yuk!

Ayo Jadi Sobat Kopi Yuk!

Wednesday, April 11, 2018

Sudah Ada Di Go-Food, Lalu Apa?

Setelah menunggu persetujuan administrasi dari Go-Food selama hampir dua bulan, akhirnya kami nongol juga di jajaran merchant layanan aplikasi online tersebut.

Agak gatel juga nunggu approval-nya. Setelah saya dan Wak sambangi kantor Go-jek untuk menanyakan mengapa proses persetujuan bisa sebegitu lamanya, ternyata file digital yang saya kirimkan 'terlantar' di salah satu staf Go-Jek.

Cerita berikutnya, pihak Go-Jek meminta maaf atas kelalaian ini dan file 'terlantar' tersebut segera di-take over oleh staf lain. Kira-kira dua minggu kemudian, saya mendapat laporan bahwa Kopi Yuk sudah bisa 'buka lapak' di Go-Food.

Apa yang dijual?

Buat yang sudah pernah datang berkunjung, pasti tahu sajian menu Kopi Yuk. Yoi, kami menjual konten di Go-Food sama persis dengan papan menu kedai. Bedanya, di Go-Food kami hanya menawarkan menu dingin atau es, yaitu, Americano Ice, Cappuccino Ice, Cafe Latte Ice, Japstyle Cold Brew dan Vietnam Drip Ice.


Tampilan menu yang ditawarkan
Harga beli juga beda. Berhubung Go-Jek meminta bagian 20% per transaksi. Maka, harga di Go-Food lebih mahal ketimbang Sobat Kopi Yuk datang sendiri mengunjungi kami. Jika biasanya, kami menjual kopi di kisaran 13 ribu hingga 17 ribu rupiah per cup, di Go-Food harganya bisa 18 ribu hingga 22 ribu (Untuk komisi Go-Food). Itu pun belum termasuk biaya jasa antar supir Go-Jek.

Packaging juga berbeda. Jika biasanya menggunakan plastic cup dan paper cup, maka kali ini Kopi Yuk menggunakan botol plastik imut berbentuk pir ukuran 220 mililiter. Karena jika masih memakai plastic cup atau paper cup, kemungkinan isi tumpah sangatlah besar.

Tujuannya?

Terutama untuk sobat yang mager, males keluar kos atau rumah. Bisa jadi males karena kesibukan mengerjakan tugas kuliah atau kantor, tempat jauh dari rumah atau kos, cuaca tak bersahabat tapi butuh asupan energi tambahan. Semoga produk ini dapat memenuhi kebutuhan itu.




Kenapa cuma menjual menu es?

Soalnya kalau menjual menu panas, setibanya di tangan pembeli, kopi itu tidak akan panas maksimal. Karena pengantaran dari Kopi Yuk ke tempat sobat, memakan waktu. Untuk hal ini saya sudah coba buktikan sendiri dengan cara memesan kopi panas dari kafe lain. Begitu sampai di tangan saya, panas kopi sudah hilang.

Kalau melihat isi, kok sedikit ya?

Sebetulnya jumlah air atau mililiter sama dengan ketika sobat membeli secara langsung di kedai sih. Terutama pemesan Cappuccino Ice pasti merasa air kopi di dalam botol terlalu sedikit. Padahal kami menggunakan takaran persis sama untuk plastic cup dan paper cup. Barangkali hal ini menciptakan efek psikologis secara visual terhadap ukuran botol dan isinya yang tak penuh.

Ada kemungkinan perubahan lain?

Nah, oleh karena itu, kami membutuhkan banyak masukan dari sobat Kopi Yuk. Kalian bisa memberi masukan terhadap produk 'baru' ini di Go-Food. Silakan kirim masukan via channel yang ada, bisa via Facebook page kami, Instagram, bahkan kirim saran ke email kami di yukkopiyuk@gmail.com. Bisa pula langsung datang ke kedai.

Ke depannya, saya akan menambah menu baru di jajaran produk Kopi Yuk di Go-Food. Plus, memberikan gimmick tambahan bagi sobat yang membeli via aplikasi ini. Apa saja? Nantikan ya! 😀😀

Sekarang, mulai pesan dulu aja 😀

Nb: Untuk saat ini, masih tersedia dan melayani pengiriman di Jogja saja yes, doain aja kami buka channel Go-Food di kota lain juga 😀

Sunday, April 8, 2018

Benarkah Kopi Dapat Memicu Kanker?

Setidaknya seminggu lalu sempat heboh di California, AS sana, seorang hakim meminta semua perusahaan kopi di negara bagian tersebut memasang peringatan potensi bahaya kanker yang ditimbulkan secangkir kopi.

Pemicunya adalah laporan dari sebuah lembaga nonprofit, Council for Education and Research on Toxics yang mengatakan adanya zat kimia akrilamida dalam kopi. Unsur ini biasa muncul juga dalam produk rokok. Benda ini disinyalir dapat memicu sel kanker dalam tubuh kita.

Kasus ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah buat perusahaan sekelas Starbucks, bahkan Dunkin Donuts dan McD yang memiliki produk kopi dan gerai di California. Selain itu hal ini berdampak juga kepada pengusaha-pengusaha kafe kecil yang menjual kopi di kota ini.

Hingga saat ini perusahaan-perusahaan tersebut menolak berkomentar. Pengajuan terhadap keberatan tersebut disampaikan maksimal hingga 10 April ini.

Kopi penyebab kanker?

Sudah banyak studi dilakukan mengenai hal ini. Seorang profesor kesehatan di Stanford University, John Ioannidis, menanggapi hal ini, "Jumlah akrilamida yang dikonsumsi oleh orang-orang dalam secangkir kopi, sangat kecil dan sangat sulit untuk disebutkan zat tersebut menyebabkan kanker."

"Di antara sekian banyak hal-hal yang membahayakan dan menyebabkan kanker, kopi adalah yang paling aman," tegas Ioannidis.
Untuk menyebutkan salah satu di antara manfaat kopi sebagai penghambat sel kanker, ada penelitian dari The British Medical Journal yang telah dipublikasikan tahun lalu. Di situ disebutkan kopi dapat mencegah pertumbuhan sel kanker.

Terlebih lagi, tahun 2016 lalu badan kesehatan dunia, WHO sudah menonaktifkan status minuman kopi dari daftar karsinogen berbahaya.

Bagaimana reaksi masyarakat California?

Sebenarnya sudah banyak kafe kopi di California mencantumkan label peringatan kanker di produk mereka. Namun kenyataannya masih banyak pembeli sebodo amat dengan label tersebut.

"Saya rasa hal itu (keputusan hakim California) tidak menghentikanku meminum kopi," ujar salah satu peminum kopi Jen Bitterman, seorang digital marketing. "Aku menyukai rasanya, energinya, ritualnya dan aku rasa aku ketagihan."

Belum lagi, Darlington Ibekwe, seorang ahli hukum di LA mengatakan, label peringatan di cangkir kopi yang dia beli bisa jadi sangat mengganggu. Tapi hal itu tidak bisa mencegah dia untuk menyesap rutin tiga cafe latte per pekan.

"Bro, ini tuh kayak merokok, terus aku harus dipaksa melihat ini? (label peringatan)," kata Ibekwe. "Bro, ayolah, aku sedang menikmati kopiku."

Nah, waktu berjalan terus. Para perusahaan kopi di California, barangkali sedang menyiapkan gugatannya. 10 April ini adalah batas mereka untuk menyerahkan berkas-berkas tersebut. Jika tidak, ketika peraturan ini disahkan (meskipun konsumen menganggap sebodo amat), maka total jendral, semua produk kopi di California akan menyertakan label peringatan bahaya kanker, (dan tentu saja ini menambah beban produksi dan barangkali mengurangi intensi pembelian orang terhadap kopi). Kita tunggu saja...


Sumber:
https://www.theverge.com/2018/4/2/17181834/coffee-health-benefits-cancer-risk-california-ruling
https://www.cbsnews.com/news/starbucks-cancer-warning-judge-rules-on-coffee-carcinogen-acrylamide/
https://www.cnbc.com/2018/03/30/california-judge-rules-that-coffee-requires-cancer-warning.html
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/04/02/481/1881153/dinilai-bahayakan-kesehatan-starbuck-california-wajib-pasang-label-peringatan-kanker-di-cangkir-kopi

Tuesday, April 3, 2018

Mimpi Si Wak

Ngomongin soal mimpi. Si Bing pernah cerita pada si Wak tentang dari mana mimpi itu berasal. Teori-teori tentang mimpi yang disampaikannya pada waktu itu cukup masuk akal. Gambaran sederhananya bisa kamu pahami lewat beberapa film yang cukup terkenal, misalnya Interstellar yang disutradarai oleh salah satu sutradara favorit Wak & Bing yaitu Christoper Nolan. Dan film favorit si Bing, yaitu Donnie Darko. Dan satu lagi tentang parallel universe yang dibangun Marvel dan DC comics.

Anggaplah dunia yang kamu hidup selama ini adalah Dunia 1. Kemudian kamu memimpikan dirimu sendiri pada saat tidur adalah Dunia 2. Bisa jadi kamu di dunia 2 bukanlah kamu yang sekarang di dunia 1. Paham gak? Apa makin bingung? Ya pokoknya gitu lah ya. Kalo mau denger teori yang bisa dipahami mampir ke kedai Kopi Yuk! aja biar nanti si Bing yang mendongeng buat kalian.

Nah kali ini adalah cerita tentang mimpinya si Wak. Wak salah satu orang yang paling beruntung di dunia menurut dirinya sendiri. Sebelum hasrat menjadi seorang barista muncul. Wak hanya kerja di kedai kopi milik teman basketnya, Warkop DIY namanya. Tujuan si Wak hanya satu yaitu menghidupi dirinya sendiri sambil nabung untuk perjalanan besarnya.

Singkat cerita berangkatlah si Wak ke Eropa untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Dengan misi liburan, si Wak juga tidak lupa mampir kedai kopi lokal di negara yang dikunjunginnya. Sampai akhirnya Wak jatuh hati pada sebuah kedai kopi di Strasbourg, Prancis. Café Bretelles namanya terletak di Petite France. Hampir setiap hari si Wak mampir kesana dan mencoba ngobrol dengan barista yang bertugas.

Tidak disangka ternyata barista yang sedang bertugas itu adalah owner dari Café Bretelles. Si Wak juga sempat berkisah kepada dia, begitu dia kembali ke Indonesia akan memulai usaha kedai kopi yang sederhana. Begitulah perkenalan si Wak dengan Café Bretelles. Tidak hanya itu, Wak juga punya mimpi untuk kerja di sana.

Setelah pulang ke Indonesia dan membuka kedai Kopi Yuk! mimpi itu hampir jadi nyata. Sang owner Café Bretelles menawarkan posisi barista di sana. Sayangnya Wak tidak bisa kembali lagi kesana dalam waktu yang singkat. Wak hanya bilang ada kemungkinan kembali kesana dalam kurun waktu dua atau tiga tahun mendatang.

Apakah benar akan jadi kenyataan? Belum ada yang tahu. Tapi semoga saja segera tercapai.

Bagaimana dengan mimpi-mimpimu?