Friday, December 22, 2017

Surat Terbuka Untuk Bapak Jokowi Dari Kopi Yuk!


Ini bukan untuk click bait. Ini surat serius (yang kelewat santai) untuk bapak Presiden Republik Indonesia. Kami cuma mau berbagi kisah soal biji kopi di negeri kita tercinta, Indonesia. 

Mungkin ada yang belum tahu kalau Indonesia adalah negara dengan varian kopi dari Sabang sampai Merauke (2017 hampir usai dan masih banyak yang belum tahu??). Bangga? Jelas, ini sebuah kebanggaan.

Si Wak punya cita-cita dan menurut pandangan pribadi hal tersebut sangat mulia. Cita-citanya adalah ingin semua orang bisa menikmati kopi (berupa biji kopi roasting-an, digiling, dan diseduh dengan berbagai macam teknik) tanpa harus membebani peminum kopi dengan harga mahal.

Demi Kopi Terbaik

Sejujurnya kami punya program "Untuk Beli Biji Kopi Premium." Tulisan pada label putih tersebut kami tempel pada kaleng tip warna hijau muda. Kalian bisa melihatnya tepat di samping toples-toples kopi kami.

Tujuannya bukan untuk tip karena servis kami baik melainkan untuk subsidi membeli kopi kualitas premium sehingga pelanggan di kedai kopi kami tidak dibebani harga tinggi.

Nah sebelum terlalu jauh, kami jelaskan apa itu kopi kualitas premium dan apa bedanya dibanding kopi lain. Di sini kami ambil referensi dari tulisan lain.

Kopi kualitas premium yang dimaksud dalam artikel ini adalah kopi spesialti, yaitu kopi dengan treatment khusus. Kopi seperti ini memiliki aroma dan rasa yang lebih enak dibanding kopi komersil.

Sedangkan maksudnya perawatan khusus adalah, biji kopi yang dihasilkan telah mendapat perhatian khusus sejak awal tanam, seperti kondisi iklim, ketinggian, dll. Bahkan ketika mencapai tahap panen, prosesnya pun dipilah secara seksama. Nah, premium dalam tahap ini adalah kondisi biji kopi benar-benar diperhatikan. Satu per satu!

Salah satu customer Kopi Yuk!, Pamian Risandra -kami sering menyebutnya Paiman- adalah pedagang biji kopi Toraja premium. Dia menjelaskan bahwa proses produksi kopi kualitas premium memang seperti yang telah kami jelaskan pada paragraf sebelumnya.

Pemilihan biji kopi dilakukan untuk menyingkirkan yang cacat, berjamur, rusak, pecah. Biji kopi seperti ini jelas tak masuk hitungan karena akan berdampak pada rasa tak sempurna alias pahit saat diminum. Tidak heran jika harga lebih mahal (Sekitar Rp 250 ribu per kilo, sudah termasuk roasting-an) dibanding biji kopi yang tidak melalui proses quality control seketat ini.

Harga Bisa Lebih Murah

Pada obrolan tersebut, kami bertanya kepada Paiman, tidak bisakah harga ditekan lebih rendah. "Bisa wae, masalah terbesarnya infrastruktur jalur distribusinya kuwi lho yang harus dibenakke (dibetulkan)," Kata dia. Maksudnya adalah kondisi jalan dari kawasan perkebunan kopi di sana menuju tempat pengolahan belum memadai. Jalur darat yang semestinya bisa murah, karena kondisi jalan tak memungkinkan, akhirnya memakai jalur udara dan jelas lebih mahal.

Kami tidak bermaksud menyimpulkan atau menggeneralisasi berdasarkan sekali obrolan pada malam itu. Hanya saja potret ini ada sebagai kasus khusus.

Nah, dari sini apa kaitannya dengan Pak Jokowi? Kami tahu program beliau dalam menghilangkan disparitas harga barang kebutuhan pokok atau komoditi terutama di luar Jawa dengan memperbaiki infrastruktur, seperti membangun jalan dan pelabuhan. Tentu saja cita-cita ini harus didukung.

Kami sebagai pedagang hanya punya mimpi sederhana yaitu dapat menyeduh biji kopi dari tanah tempat lahir, Indonesia dengan harga terjangkau untuk customer kami. Mudah-mudahan ini juga mimpi yang sama dengan pemilik kedai atau kafe lain.

Tabik!




No comments:

Post a Comment