Foto oleh Nico Okada |
Setelah 5 bulan akhirnya Wak dan Bing bisa merealisasikan ide yang sudah lama diidamkan. Ide itu padahal hanya berawal dari pertemuan di kantin kampus FISIP Atma Jaya Yogyakarta.
Si Wak waktu itu bekerja di sebuah warung kopi bernama Warkop DIY dan punya keinginan untuk membangun kedai kopinya sendiri. Tetapi Wak membutuhkan kematangan konsep dan lawan bicara dengan visi dan misi yang setidaknya mirip.
Bing datang ke Jogja dari Jakarta memberitakan kabar bahwa dirinya bosan bekerja di tempatnya dahulu. Dia butuh tantangan baru. Singkat cerita, begitu Wak bercerita mengenai idenya ternyata umpan proposal itu disambut dengan terciptanya gol, Bing setuju dengan wacana Wak.
Tahap pertama, ini yang namanya SUKSES menyamakan visi dan misi.
Tanpa ba-bi-bu, skenario dijalankan. Wak mengurusi konten, sementara Bing mengatur manajemen dan tipe bisnisnya. Komunikasi antar keduanya makin sering, waktu itu mereka melakukannya via surat elektronik karena Bing masih melanjutkan pekerjaannya di Jakarta.
Tidak ada masalah berarti untuk pembelian alat. Memang sempat ada beberapa permasalahan untuk alat-alat kopi tertentu, seperti pembelian milk frothers, dan v60 dripper. Waktu itu kedua alat ini paling susah dibeli, karena stok habis. Wak dan Bing harus menunggu sebulan untuk mendapatinya.
Permasalahan paling rumit adalah lamanya pengurusan surat izin usaha oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman. Wak dan Bing harus menunggu hampir empat bulan lama pengesahan surat. Sebelum akhirnya benar-benar bisa dilakukan renovasi atas tempat usaha.
Nah ini yang namanya SUKSES berkat kegigihan tiada henti.
Tapi perjalanan baru sejengkal terjadi. Usai problem izin rampung, masalah berikutnya adalah melakukan dekorasi ulang dan renovasi terhadap kios. Untuk hal ini Wak dan Bing mempercayakannya kepada Misty, arsitek muda yang juga rekan sekelas Bing di lembaga bahasa IFI Yogyakarta.
Seperti biasa, ide yang diinginkan terkadang tidak berjalan mulus ketika dijalankan. Untuk mencari bahan material murah tapi berkualitas baik ternyata tidak mudah. Wak, Bing dan Misty harus melihat alternatif lain agar ide yang dicanangkan dalam cetak biru rancangan si arsitek muda ini terealisasi.
Tidak jarang, ketiganya bertualang dari satu toko listrik ke toko listrik lain untuk mendapatkan barang tertentu. Kerap juga mencari antartoko bangunan dan toko cat demi mendapat harga yang sesuai budget.
Setelah wira-wiri, beli ini beli itu, lobi tukang cat dan listrik demi merealisasikan ide ini, akhirnya kedai Kopi Yuk! siap meluncur.
Inilah SUKSES berikutnya. Wak dan Bing berhasil mengaplikasikan apa yang mereka bincangkan lima bulan lalu.
Dan kini, perjalanan baru saja dimulai. Pekerjaan rumah berikutnya adalah, bagaimana melayani pengunjung sepenuh hati. Bagaimana menjaga ritme dan emosi masing-masing untuk merawat brand yang baru saja lahir ini. Semoga letupan-letupan SUKSES muncul.
No comments:
Post a Comment